Herbal adalah tanaman/tumbuhan yang punyai kegunaan (nilai lebih) dalam pengobatan. Jadi, semua jenis tanaman yang mengandung bahan (zat aktif) berguna untuk pengobatan bisa digolongkan sebagai herbal. Herbal kadang-kadang disebut juga sebagai tanaman obat, sehingga dalam perkembangannya dimasukkan sebagai salah satu bentuk pengobatan alternatif. Jadi Herba adalah seluruh bagian tumbuhan di atas tanah terdiri dari batang, daun, bunga, dan buah.
Pengobatan Herbal masih banyak yang harus di teliti lebih lanjut, dikarenankan kebanyakan dari penelitian herbal secara medis belum banyak yang melibatkan percobaan terhadap tubuh manusia. Yang sebelumnya diujicobakan pada hewab percobaan.
LD50 adalah dosis suatu obat atau bahan obat yang menyebabkan kematian 50% dari populasi hewan uji.
Obat herbal adalah obat bersifat organik atau alami, sama seperti tubuh kita. Obat herbal murni diambil dari saripati tumbuhan yang mempunyai manfaat untuk pengobatan, tanpa ada campuran bahan kimia buatan (sintetis) dan tanpa campuran hewan. Obat Herbal harus berasal dari tumbuhan (nabati) misalnya jahe, temulawak, kunyit, bawang putih, ginseng dan lain-lain. Jika suatu obat telah mengandung unsur hewani maka ia tidak dapat disebut sebagai herbal lagi, melainkan masuk dalam katagori obat tradisional/jamu yang masih dapat bercampur dengan bahan-bahan yang berasal dari hewan seperti telur atau tripang.
Obat tradisional (jamu) adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat.
Ramuan Obat Tradisional merupakan satu jenis tanaman atau lebih dengan zat tambahan lainnya yang bersifat inert/netral.
Contoh jamu bermerek adalah Kuku bima, Pegal linu, Gemuk sehat, Tolak angin, Tuntas, Rapet wangi, Kuldon, Strong pas, Tolak Angin, Antangin Mint, Antangin Jahe merah, Darsi, Enkasari, Batugin elixir, ESHA, Buyung upik, Susut perut, Selangking singset, Herbakof, Curmino.
Pada jamu tidak boleh ada klaim khasiat menggunakan istilah farmakologi/medis seperti jamu untuk hipertensi, jamu untuk diabetes, jamu untuk hiperlipidemia, jamu untuk TBC, jamu untuk asma, jamu untuk infeksi jamur candida, jamu untuk impotensi dll.
Obat Herbal Terstandarisasi (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan bahan bakunya telah distandarisasi.
Contoh OHT yang beredar di Indonesia adalah Antangin JRG, OB Herbal, Mastin, Lelap, Diapet
Farmakope adalah buku resmi yang dikeluarkan oleh suatu negara yang berisi standarisasi, panduan dan pengujian sediaan obat.
Farmakope (dari tipografi usang pharmacopœia, secara harfiah berarti "pembuatan obat"), dalam pengertian teknis modern, adalah buku yang berisi petunjuk untuk mengidentifikasi obat majemuk, dan diterbitkan oleh otoritas pemerintah atau masyarakat medis atau farmasi.
Fitofarmakologi adalah studi dan praktik pemberantasan patologi tumbuhan yang berasal dari Verbandes Deutscher Pflanzenärzte (1928-1939), (Perkumpulan Dokter Tumbuhan Jerman), dipimpin oleh Otto Appel, yang dikenal sebagai Penyelenggara Perlindungan Tanaman Jerman, yang pada awalnya mendefinisikan terminologi Phyto-Medicine atau Plant-Medicine. Deutsche Phytomedizinische Gesellschaft (German Phytomedicine Society) adalah asosiasi praktisi phytomedicine Jerman. Program akademik di phytomedicine, seperti di Universitas Hohenheim, mempertimbangkan hubungan timbal balik antara mikroorganisme patogen dan tanaman, metode pengendalian penyakit, dan program penelitian.
Pada tahun 1936, istilah fitofarmakologi digunakan untuk bidang studi obat-obatan yang mempengaruhi tumbuhan.
Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada manusia), bahan baku dan produk jadinya sudah distandarisasi.
Contoh fitofarmaka: Stimuno, Tensigard, Xgra, Nodiar, Inlacin, VipAlbumin plus, Rheumaneer.
Memang fitofarmaka merupakan obat herbal yang diresepkan oleh para dokter mengingat sudah teruji baik pada hewan maupun manusia.
Sesuai peraturan BPOM No. 32 tahun 2019 tanggal 23 Oktober 2019 tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional maka apa pun bentuk sediaan yang dibuat dan didaftarkan sebagai obat tradisional, OHT atau fitofarmaka harus memenuhi parameter uji persyaratan keamanan dan mutu obat jadi yaitu : organoleptik, kadar air, cemaran mikroba (E.coli, Clostridia, Salmonella, Shigella), aflatoksin total, cemaran logam berat (Arsen, Timbal, Kadmium dan Merkuri), ditambah dengan keseragaman bobot, waktu hancur, volume terpindahkan serta kadar alkohol/pH tergantung bentuk sediaannya. Selain itu untuk OHT dan fitofarmaka harus memenuhi uji kualitatif dan kuantitatif dalam hal bahan baku (bagi OHT) dan bahan aktif (bagi fitofarmaka), serta residu pelarut (jika digunakan pelarut selain etanol). Pengujian semua parameter harus dilakukan di laboratorium terakreditasi atau laboratorium internal industri/usaha obat tradisional yang diakui oleh BPOM. Pada ketentuan peralihan dinyatakan bahwa izin edar obat tradisional yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Badan ini, tetap berlaku dan harus menyesuaikan dengan Peraturan Badan ini paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak Peraturan Badan ini diundangkan. Jadi memang bukan BPOM yang melakukan pengujian tersebut.
Untuk menjamin keamanan obat tradisional, BPOM memberikan daftar bahan apa saja yang dilarang untuk diproduksi dalam obat tradisional antara lain : biji saga, biji kecubung, herba efedra, gandarusa, daun tembelekan, daun kratom, daun/buah Nerium oleander, daun komfre, hewan kodok kerok serta mineral sulfur, arsen dan merkuri. Sulfur boleh dibuat untuk obat luar. Di dalam lampiran Peraturan BPOM No. 32 tahun 2019 terdapat bahan tambahan yang diperbolehkan untuk ditambahkan dalam obat tradisional dan pada kadar berapa (bahan pengawet, bahan pemanis alami dan buatan, bahan pewarna alami dan sintetik, bahan antioksidan, bahan lain-lain missal pengemulsi, penstabil dll).
Berhati-hatilah untuk menggunakan obat herbal, pastikan logo yang tertera dan pastikan obat herbal tersebut telah terdaftar secara resmi di BPOM dengan cara cek kebenaran obat herbal pada website pom.go.id — daftar produk — cek produk BPOM (masukkan nomor regristasi atau nama produk atau merk). BPOM juga mendorong masyarakat untuk menjadi konsumen yang cerdas dengan cara melakukan cek atas : Kemasan, Label, Izin edar dan Kadaluwarsa (KLIK). Masyarakat dapat pula memberikan pengaduan melalui website pom.go.id — pengaduan (mengisi formulir) atau telpon 1500533.
Perlu diketahui pula bahwa pada obat tradisional (jamu dan obat tradisional impor atau lisensi), terdapat ketentuan iklan agar tidak menyesatkan masyarakat yaitu sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/Menkes/SK/IV/1994 tentang Pedoman periklanan: obat bebas, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan-minuman. Di dalamnya tertera ketentuan larangan mengiklankan obat tradisional yang dinyatakan berkhasiat untuk mengobati atau mencegah penyakit kanker, tuberculosis, poliomyelitis, penyakit kelamin, impotensi, tifus, kolera, tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit hati serta penyakit lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Semua iklan obat tradisional hanya boleh mencantumkan kegunaan sesuai dengan tujuan penggunaan yang yang disetujui dalam pendaftaran oleh BPOM. Iklan obat tradisional tidak boleh mencantumkan kata-kata: tokcer, cespleng, manjur; tidak boleh memberikan garansi kesembuhan dan tidak boleh memuat pernyataan atau testimoni dari profesi kesehatan, pakar, peneliti, panutan atau sesepuh. Masyarakat jangan mudah percaya pada obat tradisional yang dapat mengobati semua penyakit dan terdapat testimoni dari seseorang atau sekelompok orang.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
Rimpang (akar tinggal) adalah modifikasi dari batang tumbuhan yang tumbuh menjalar di bawah permukaan tanah, bercabang-cabang, memiliki tunas dan akar baru dari ruas-ruas/nodenya. Ujung tunas tersebut dapat muncul ke atas tanah dan tumbuh menjadi tumbuhan baru.
Pada zaman sekarang, dengan berkembangnya teknologi kedokteran yang semakin pesat dan banyaknya riset penelitian berkaitan dengan obat-obatan, maka semakin membuka mata kita bahwa ternyata alam secara alami telah menyediakan obat yang berkhasiat untuk berbagai penyakit (sesuai dengan khasiat tanaman obat yang dikenal secara empiris atau secara penelitian). Di Indonesia yang kekayaan hayatinya berlimpah ruah, obat-obatan herbal tidaklah sulit dicari. Walaupun umumnya obat berbahan dasar herbal tidak menimbulkan efek samping negatif, tetapi ada beberapa bahan yang menimbulkan efek samping negatif. Pengobatan herbal lebih dipercaya oleh kebanyakan orang Indonesia karena penggunaan obat kimia sintetis, lambat laun dapat menimbulkan efek samping pada tubuh manusia.
Banyak jenis obat herbal, mulai dari herbal untuk perawatan kecantikan, perawatan kesehatan, herbal untuk menjaga keharmonisan rumah tangga, hingga herbal untuk pengobatan penyakit-penyakit khusus.
Obat herbal merupakan obat yang dibuat dari bahan-bahan alami terutama dari tumbuhan. Penggunaan daun, akar, batang, biji sampai buah bisa dikategorikan obat herbal yang tentunya bertolak belakang dengan obat kimia.
Sebenarnya unsur kimia yang terkandung di dalam obat tradisional menjadi dasar pengobatan modern. Berarti, pembuatan obat-obatan melalui pabrikasi menggunakan rumus kimia yang telah disentetis dari kandungan bahan alami ramuan tradisional
Obat herbal di Indonesia saat ini sebagaian besar dibuat sendiri dan diproses secara tradisional. Padahal baik negera berkembang seperti Malaysia dan negara maju seperti Jerman dan negera Eropa lainnya telah mengembangkan obat herbal secara massal. Obat herbal yang diproduksi secara masal melalui pabrikasi lebih higeienis dan terbukti mampu mengobati penyakit secara komprehensif (menyeluruh) dan memperbaiki organ tubuh yang terserang penyakit tersebut.
Sifat menyeluruh pada obat herbal, membuat obat-obatan herbal ini punya tiga manfaat :
- Mencegah terjadinya suatu penyakit. Sebagaimana vitamin yang dikemas secara modern, obat herbal juga memilik fungsi mencegah terjadinya suatu penyakit. Pencegahan lebih mudah dilakukan daripada penyembuhan suatu penyakit. Misalnya minum herbal kunyit asam bisa mencegah terjadinya panas dalam.
- Menyembuhkan penyakit yang telah menyerang tubuh. Selain mencegah terjadinya suatu penyakit, obat herbal tertentu juga punya manfaat penyembuh penyakit. Manfaat ini sesuai dengan kandungan yang terdapat dalam masing-masing bahan obat herbal tersebut.
- Memperbaiki sistem imun dan memperbaiki organ yang rusak akibat terserang penyakit. Obat herbal bukan hanya menyembuhkan penyakit begitu saja, juga bermanfaat lebih luas dengan memperbaiki dan menyeimbangkan sistem imun tubuh yang lemah setelah terserang penyakit. Manfaat lainnya dirasakan penderita suatu penyakit tertentu yang telah sembuh. Obat herbal memperbaiki organ tubuh yang diserang penyakit sampai benar-benar berfungsi normal seperti sediakala. Misalnya, pada penyandang jerawat membandel yang kemudian jerawatnya mengering dan kulit menjadi mulus seperti sediakala dengan mengkonsumsi obat herbal secara teratur.
A. PERBEDAAN ANTARA OBAT HERBAL DAN OBAT KIMIA
Perkembangan zaman sudah modern dan teknologi semakin canggih tentunya semua orang membutuhkan apa saja ingin secara cepat dan instan. Kita ambil contohnya yaitu Obat. Mungkin berbagai macam obat sangatlah banyak namun yang kita ketahui obat dibedakan menjadi dua yaitu Obat herbal/ tradisional dan obat kimia/sintetis. Tentunya kedua obat itu sama tujuan yaitu untuk mengobati, namun ada beberapa perbedaan.
A.1. OBAT KIMIA
Obat Kimia yaitu obat yang mempunyai campuran bahan kimia yang tidak disintesis di dalam tubuh. Seperti obat yang beredar diwarung dan apotek . Ciri-ciri obat kimia :
- Berasal dari paduan unsur kimia
- Bersifat paliatif, artinya obat ini akan menyembuhkan penyakit dan cenderung spekulatif
- Hanya menyembuhkan penyakit yang bersifat akut.
- Memiliki efek samping yang lebih besar daripada obat herbal, yang menimbulkan iritasi lambung, hati, ginjal, dll. dan bila obat tersebut terjadi pengendapan akan menjadi racun yang berbahaya.
- Bersifat sympthomatis, artinya obat ini hanya ditujukan untuk penyakit itu saja dan hanya menghilangkan gejalanya.
- Diproduksi menggunakan alat cangging dan tentunya tercampur bahan kimia lain.
- Reaksi penyembuhan yang cepat, namun jika dikonsumsi secara terus menerus setiap waktu maka akan beresiko melemahkan organ tubuh yang lain.
- Harga lebih mahal
A.2. OBAT HERBAL
Obat herbal tradisional yaitu obat yang diolah secara turun temurun dari nenek moyang kita dengan bahan alami dari alam tanpa campuran kimia. Ciri-ciri obat herbal :
- Berasal dari tumbuhan
- Tidak menyembuhkan satu gejala penyakit tapi menyembuhkan ke organ tubuh lain dan sampai ke akarnya.
- Diproduksi asli tanpa campuran bahan kimia dan bebas toksin. Contohnya seperti jamu.
- Bersifat kuratif, artinya bena-benar bersifat menyembuhkan.
- Tidak menimbulkan efek samping, asalkan diracik oleh herbalis yang ahli.
- Terbuat dari rempah-rempah atau bahan alami yang tentunya memiliki khasiat yang luar biasa.
- Reaksi lambat tapi bersifat konstruktif.
- Hanya untuk mencegah, pemulihan, dan mengobati penyakit yang memerlukan pengobatan yang lama.
- Harga lebih terjangkau
B. DAUN SEBAGAI KOMPONEN PENGOBATAN HERBAL
Salah satu komponen obat herbal adalah daun. Daun meruapakan salah satu bahan pembuat obat herbal yang memang berasal dari tumbuhan, Sebagai bagian tumbuhan tentu saja daun banyak mengandung manfaat yang terdapat pada keseluruhan tumbuhan itu sendiri. Karena di dalam daun terdapat proses fotosintesis, yaitu : proses pemasakan makanan bagi tumbuhan yang selanjutnya disalurkan ke seluruh anggota tubuh tumbuhan.
Daun salah satu komponen pengobatan herbal punya banyak jenis macam, dan ragam manfaat. Mengenali dan mengetahui manfaat daun-daun di sekitar kita merupakan pengalaman berharga yang perlu diasah. Sebab lebih dari setengah jenis herbal di dunia ini ada dan tumbuh di Indonesia. Bila nenek moyang kita mengembangkan pengobatan herbal tradisional seperti jamu dan parem, selayaknya kita mengetahuinya. Banyak kisah sukses pebisnis ramuan herbal baik sebagai obat maupun sebagai perawatan kecantikan yang kemudian mendunia. Sebutkanlah nama-nama perusahaan seperti Nyonya Meneer, Jamu Iboe, sampai Mustika Ratu dan Group Martha Tilaar.
Di mana kita bisa memperoleh daun-daun ajaib berkhasiat herbal? Daun-daun berkhasiat herbal baik sebagai obat maupun bahan baku perawatan kecantikan bisa ditemui di sekitar kita, antara lain:
- Menanamnya di pot atau halaman rumah
- Mendapatkannya di pusat penjualan tanaman obat keluarga (TOGA):
- Mendapatkannya di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup dan atau Kebun Raya.
B.1. CARA MEMPERLAKUKAN DAUN-DAUN AJAIB BERKHASIAT HERBAL
Sebelum menggunakan daun-daun sebagai obat herbal, terlebih dahulu kita perlu mengetahui sungguh-sungguh benarkah daun tersebut yang dimaksudkan dalam buku-buku tentang pengetahuan herbal? Cara memastikan hendaknya kita terlebih dahulu menyesuaikan dengan ciri khas daun seperti yang tertera di gambar halaman situs ini dan menanyakan kepada ahlinya. Misalnya, kita menggali informasi ke ahli pengobatan herbal dan ke pembudidaya tanaman herbal. Hal ini perlu dilakukan karena ada beberapa tanaman yang memiliki daun dengan bentuk serta warna sama. Kesalahan mengidentifikasi daun yang akan digunakan sebagai obat herbal akan berakibat fatal terhadap proses penyembuhan penyakit. Bisa saja penyakit tidak segera sembuh atau bisa juga keracunan karena yang diambil adalah daun beracun.
Perlakuan berikutnya terhadap daun-daun yang akan digunakan sebagai obat herbal, yaitu dengan mencuci bersih di bawah ar mengalir. Bagaimanapun daun tumbuh di luar ruangan, bahkan ada yang tergeletak di tanah seperti daun sosor bebek Jadi kita perlu menghilangkan kotoran yang melekat pada daun-daun tersebut sebelum mengolahnya menjadi ramuan herbal.
Selain dimasak dengan cara direbus, daun-daun yang akan digunakan sebagai bahan ramuan herbal juga bisa diproses dengan terlebih dahulu dikeringkan. Cara memperlaklukannya sama dengan daun yang akan direbus atau dikonsumsi basah. Sebelum dikeringkan, daun dicuci bersih di bawah air mengalir. Setelah bersih, daun dijemur di terik matahari dalam wadah higienis yang ditutup kasa agar tidak dihinggap: lalat dan debu Setelah kering benar, daun bisa diangin-anginkan dan kemudian diletakkan dalam stoples kering Usahakan menggunakan stoples kaca yang tertutup rapat. Simpan daun dalam stoples dengan terlebih dahulu diberi label jenis tanaman, manfaat, dan tanggal pengeringan. Hal ini memudahkan kita apabila hendak mengambil sebagai bahan ramuan herbal dan juga menjaga kebersihan daun-daun yang dikeringkan.
B.2. BENTUK DAN MACAM DAUN
Masing-masing dedaunan yang tumbuh di berbagai tumbuhan di dunia ini memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut ditunjukkan dari berbagai hal, yaitu bentuk daun keseluruhan, bentuk ujung dan pangkal daun, permukaan daun, dan tata daunnya.
Tabel Berbagai istilah dalam menjelaskan bentuk-bentuk daun
No | Istilah | Penjelasan Istilah |
Bentuk Daun |
1 | Deltate | Bentuk delta, menyerupai bentuk segitiga sama sisi |
2 | Elliptical | Ellips, bagian terlebar di bagian tengah daun |
3 | Elliptical Oblong | Berbentuk antara ellips sampai memanjang |
4 | Lanceolate | Bentuk lanset, panjang 3-5 x lebar, bagian terlebar sekitar 1/3 dari pangkal dan menyempit di bagian ujung daun |
5 | Oblong | Memanjang, panjang daun sekitar 2 ½ x lebar |
6 | Oblong lanceolate | Berbentuk antara memanjang sampai lanset |
7 | Oblong obovate | Berbentuk antara memanjang sampai bulat telur sunsang |
8 | Oblong cylindric | Berbentuk antara memanjang sampai silindris (bulat) |
9 | Oblong elliptic | Berbentuk antara memanjang sampai ellips |
10 | Oblonceolate | Bentuk lanset sungsang |
11 | Obovate | Bentuk bulat telur sungsang |
12 | Orbicular | Bundar, panjang sama dengan lebar |
13 | Ovate | Bentuk bulat telur, bagian terlebar dekat pangkal daun |
14 | Reniform | Bentuk ginjal, pendek dan lebar, seperi daun waru |
Pangkal dan Ujung Daun |
1 | Accuminate | Meruncing |
2 | Acute | Runcing |
3 | Cuneate | Bentuk segitiga sungsang (baji) |
4 | Obtuse | Tumpul |
5 | Rounded | Bundar, membusur penuh |
6 | Truncate | Terpotong |
Permukaan Daun |
1 | Glabrous | Tanpa rambut, gundul, licin |
2 | Pubescens | Berbulu pendek, lembut |
3 | Rugose | Berkeriput, tulang daun tenggelam |
4 | Tomentose | Berambut seperti wool, ikal |
Tata Daun |
1 | Alternate | Berseling, hanya satu helai daun melekat pada setiap buku, daun tertata mengitari ranting seperti spiral |
2 | Opposite | Daun berpasangan dan berhadapan (bersilang) pada lingkaran ranting (buku) yang sama |
3 | Sub-opposite | Modifikasi dari alternate, dimana daun tertata sehingga tampak seperti bersilang (opposite) |
4 | Verticillate | Lebih dari dua daun pada buku yang sama (berlingkar) |
Agar dapat dipahami secara lebih jelas, macam-macam bentuk daun jika digambarkan adalah sebagai berikut:
 |
Gambar Bentuk Daun
Adapun macam-macam bentuk permukaan daun adalah sebagai berikut: Bentuk Permukaan Daun
Bentuk ujung, pangkal, dan tepi daun pun berbeda-beda seperti yang digambarkan oleh gamber berikut:
Bentuk Ujung Daun Bentuk Pangkal Daun Bentuk Tepi Daun |
C. POTENSI EFEK SAMPING PADA PENGOBATAN HERBAL
Pemanfaatan obat-obatan herbal tentunya ditujukan untuk memperoleh aksi terapeutik yang sesuai. Adapun aksi etek farmakologis dijelaskan secara lengkap bahasan selanjutnya.
Seperti halnya obat-obatan sintesis buatan pabrik, obat herbal mampu menimbulkan efek farmakologis dikarenakan adanya kesesuaian aksi (onset) terhadap mekanisme yang dituju, seperti inhibisi penghambatan enzimatik, pelapisan kelenjar, mekanisme kompetisi, lisis (kematian) sel dan lain sebagainya. Seperti halnya obat-obatan sintetik, obat herbal juga mengalami proses absorbsi (penyerapan) di saluran cerna/permukaan kelenjar, distribusi (peredaran) dan ekskresi (pembuangan).
Untuk mencapai efek terapeutik yang tepat dan efektif tentunya diperlukan kesesuaian dosis sesuai jenis serta tingkat keseriusan dari penyakit yang dialami.
Obat-obatan herbal relatif lebih aman dibandingkan obat sintetik, karena struktur herbal masih besar sehingga masih dapat dicerna oleh tubuh. Alasan lain yang mendukung mengapa obat-obatan herbal relatif lebih aman adalah pada obat-obatan herbal struktur kimia dari sediaan yang digunakan masih kompleks. Kompleksitas struktur ini mampu meminimalkan efek yang ditimbulkan dari situs (bagian) aktif dari struktur tersebut. Ketika situs aktif dari suatu struktur berinteraksi dengan reseptor tubuh, maka akan timbul efek samping yang tentunya tidak dinginkan. Kompleksitas struktur pada herbal akan meminimalkan efek samping baik dengan cara menekan efek yang timbul ataupun dengan cara melemahkan interaksi situs- reseptor yang terjadi, akibatnya obat herbal tidak semujarab obat-obat sintesis buatan pabrik.
Meskipun obat herbal relatif aman dibandingkan obat sintesis, akan tetapi tdak serta merta menghilangkan potensi munculnya efek samping yang dapat merugikan kesehatan. Kandungan herbal tentunya sama dengan kandungan yang ada pada obat-obatan sintesis sehingga memungkinkan pula timbulnya efek samping sebagaimana terapi dengan menggunakan obat-obatan sintesis. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meminimalkan efek yang tidak dunginkan adalah :
- Keamanan obat herbal pada umumnya.
- Kandungan racun yang mungkin dikandung tanaman herbal yang digunakan.
- Efek yang merugikan pada organ tertentu, seperti sistem kardiovaskuler, sistem Saraf, hati, ginjal, dan kulit.
E. WASPADAI EFEK SAMPING HERBAL/JAMU WAKTU PASIEN MAU OPERASI DAN PERIOPERATIF SERTA INTERAKSI OBAT RESEP DOKTER
Keamanan pasien dan meluasnya penggunaan herbal dan suplemen. Meskipun jamu dan suplemen termasuk dalam bidang perawatan medis alternatif dan non-tradisional, penggunaannya umum. Lebih dari 4 miliar orang, atau 80% dari populasi dunia, menggunakan pengobatan herbal sebagai sumber perawatan primer mereka. Penggunaan yang luas ini memberikan penjelasan tentang asupan umum pengobatan herbal dan suplemen dengan obat yang diresepkan. Pasien yang menelan jamu dan suplemen saat minum obat resep mungkin berisiko, terutama jika mereka bersiap untuk menjalani prosedur pembedahan. Sebagai bagian rutin dari perawatan pra operasi, dokter meninjau riwayat medis pasien sebelumnya, berdasarkan laporan pasien, serta obat yang diresepkan. Meskipun beberapa dokter bertanya kepada pasien apakah mereka sedang mengonsumsi obat atau suplemen herbal, pasien tidak boleh secara bebas mengungkapkan konsumsi suplemen "alami" kecuali ditentukan untuk melakukannya.
Ada banyak masalah klinis yang terkait dengan potensi interaksi obat-obatan perioperatif yang meliputi ketidakstabilan jantung, ketidakseimbangan elektrolit, perdarahan berkepanjangan, dan sedasi berlebihan. Obat-obatan herbal dapat mempengaruhi mekanisme penyerapan, metabolisme, distribusi, dan ekskresi bila diberikan dengan obat resep, karena enzim yang memetabolisme obat dapat diinduksi atau dihambat.
Misalnya, Forst f. (Piperaceae), nama umum Kava, menghambat saluran natrium dan kalsium, sehingga secara langsung menurunkan resistensi pembuluh darah dan tekanan darah. Kava menunjukkan antagonisme dopaminergik, yang dapat menghasilkan efek neurologis yang merugikan dan menyebabkan sedasi perioperatif yang berlebihan. Ada juga risiko interaksi obat-suplemen makanan, seperti asam tak jenuh ganda omega-3 dan beberapa vitamin saat mengonsumsi antiplatelet atau antikoagulan. Kombinasi ini menempatkan pasien pada risiko perdarahan, seperti juga interaksi antara antikoagulan dan vitamin A, E, dan koenzim Q10 (CoQ10), serta vitamin K.
Perdarahan intraoperatif yang berlebihan dan tidak terduga dapat terjadi pada pasien yang mengkonsumsi herbal dan suplemen. Pendarahan ini mungkin disebabkan oleh produk yang mengandung Allium sativum (bawang putih), Ginkgo biloba (gingko), Zingiber officinale (jahe), Salvia miltiorrhiza (danshen), Panax ginseng (ginseng), dan Hypericum perforatum (St John's Wort). Namun herbal dan suplemen lain dapat memperpanjang atau melawan efek anestesi dan kemungkinan disebabkan oleh modulasi neurotransmisi asam gamma-aminobutirat (GABA).
Pusat farmakovigilensi di Universitas Florence, Italia mengumpulkan data penilaian pra operasi dari 478 pasien dari tiga rumah sakit. Dari pasien tersebut, 50% menggunakan obat herbal dan 23% terpapar interaksi obat-herbal yang berpotensi berbahaya. Dalam studi lain yang mengikuti 299 pasien rawat inap Israel, 25% pasien mengonsumsi suplemen herbal atau makanan dan dalam 72% kasus ini, tim rumah sakit tidak mengetahui asupan herbal atau suplemen pasien. Pasien mengutip alasan untuk tidak memberi tahu tim pengobatan tentang asupan jamu atau suplemen sebagai "tidak penting, bukan obat, kurangnya pemahaman dokter, atau kurangnya pertanyaan dokter".
Perlu juga dicatat bahwa banyak wanita telah melaporkan menggunakan jamu selama kehamilan, saat menyusui, dan memberikan pengobatan alami untuk anak-anak dengan keyakinan bahwa jamu dan suplemen lebih aman daripada obat kimia. Taktik periklanan strategis dari industri nutraceutical multi-miliar dolar telah membuka jalan bagi konsumen untuk berpegang teguh pada gagasan bahwa natural identik dengan aman. Dengan cara yang sama bahwa obat-obatan diiklankan secara luas kepada publik, nutraceuticals tersedia dengan cara "klaim kesehatan yang tidak memadai dan pemasaran yang agresif".
Herbal dan suplemen juga memiliki efek yang tidak diinginkan, namun diatur oleh peraturan yang berbeda dari rekan farmasi mereka. Meskipun diatur oleh FDA, suplemen tidak memerlukan persetujuan untuk dijual, yang memungkinkan produsen untuk memutuskan apakah produk mereka aman untuk dijual atau tidak (U. S. Food and Drug Administration, 2014). Peraturan jamu dan suplemen belum memantau penghapusan racun dalam suplemen, daftar kontraindikasi, teknik pembuatan, produk asal, atau konsentrasi kimia. Selain itu, kejadian merugikan yang tidak dilaporkan terkait dengan penggunaan herbal dan suplemen tetap menjadi masalah yang memprihatinkan.
Banyak jamu dan suplemen telah dipelajari dalam uji klinis, tetapi masih banyak yang harus dipahami tentang efek sinergisnya dan lebih banyak suplemen, yang saat ini digunakan, belum dipelajari. Karena kesenjangan dalam penelitian ini, selain kurangnya kepercayaan dan komunikasi antara pasien dan dokter, pasien mungkin menggunakan suplemen alami yang mereka anggap tidak berbahaya dan, sebaliknya, menyebabkan kerusakan yang tidak perlu bagi diri mereka sendiri. Analisis sediaan herbal harus memperhatikan formulasi multi senyawa yang sinergis dan tidak dapat dipahami hanya dengan cara reduksionis.
Profesional perawatan kesehatan perlu secara rutin bertanya kepada pasien, jika mereka belum melakukannya, herbal dan suplemen alami apa yang mereka konsumsi. Pasien perlu diberitahu bahwa berbagi penggunaan suplemen dengan penyedia layanan kesehatan mungkin berperan penting dalam menjaga kesehatan dan menghindari efek samping, terutama perioperatif. Upaya penelitian baru untuk mempelajari campuran herbal sinergis dan suplemen individu, belum dipelajari tetapi dalam penggunaan saat ini, akan berkontribusi pada basis pengetahuan yang dapat membantu dokter dan pasien membuat keputusan kesehatan yang terinformasi.
F. KAPAN WAKTU TERBAIK UNTUK MENGKONSUMSI HERBAL/JAMU?
Herbal mau pun jamu bisa dikonsumsi setiap hari dan sebelum makan. Setiap hari, boleh 2-3 kali sehari sebelum makan,.
Ada berbagai racikan jamu yang bisa menjadi pilihan, antara lain kunyit asam, beras kencur ditambah lemon, hingga sambiloto.
Hanya saja, bagi yang memiliki keluhan semisal di lambung, sebaiknya meminum jamu setelah makan.
Kalau ada keluhan nyeri lambung sebaiknya minuman-minuman jamu atau herbal tersebut diminum sesudah makan, kecuali misalnya dia tidak ada keluhan lambung bisa diminum duluan minuman jamu herbalnya sebelum makan.
Bagi yang kadar kolesterol jahat dalam darahnya tinggi, konsumsi jamu disarankan untuk menurunkan kadar LDL. Jenis jamunya bisa terserah Anda. Karena hampir semua jamu-jamu itu menurunkan kadar kolesterol LDL.
G. TAKARAN DAN DOSIS HERBAL
Dosis dan takaran ini memang tidak ada yang bisa memastikan, terlebih jika produk atau bahan herbalnya masih dalam bentuk bubuk, teh, dedaunan, atau ekstrak yang jumlah kandungan dari bahan aktif yang digunakan belum diketahui dengan pasti. Hal ini tentu berkaitan dengan keamanan dan keefektifan penggunaannya belum benat-benar bisa kita pastikan.
Beberapa obat yang berasal dari kandungan herbal memang ada yang sudah melalui uji klinis dari perusahan yang memperoduksinya dan disetujui untuk peredarannya oleh BPOM. Untuk obat dari bahan herbal seperti ini umumnya sudah mencantumkan aturan pakai tersendiri.
Namun jika produk atau bahan herbal tersebut "pure" maka akan sulit menentukan takaran pastinya. Sehingga memang paling aman untuk tidak menekankan penggunaannya dalam takaran atau dosis pasti tertentu.
Ini maksudnya yang belum dalam bentuk sediaan obat seperti jamu, obat herbal atau fitofarmaka. Kalau untuk yang sudah teregistrasi BPOM, sudah tercantum cara pemakaiannya.
Namun kalau ingin membuat ramuan sendiri dimana khasiatnya sudah terbukti secara empiris mungkin bisa mengacu pada beberapa pedoman (LIHAT POINT H). Misalnya, Buku pedoman BPOM silahkan berkunjung ke situs resmi
perpustakaan BPOM bisa download e-book, buku Farmakope, Fitofarmaka dll.
H. PETUNJUK UMUM DAN KRETERIA
H.1. PETUNJUK UMUM
Tumbuhan dalam formularium ini merupakan tumbuhan obat asli Indonesia yang sudah memiliki bukti keamanan (LD50) dan manfaatnya terbukti secara empiris.
Ramuan obat tradisional tidak boleh digunakan dalam keadaan kegawatdaruratan dan keadaan yang potensial membahayakan jiwa.
Obat tradisional tidak boleh digunakan sebagai obat mata, intravaginal, dan parenteral serta tidak boleh mengandung alkohol lebih dari 1%.
Obat tradisional tidak boleh mengandung bahan kimia obat (BKO).
Perebusan simplisia dilakukan selama 15 menit sampai mendidih (90-98 ℃) dengan api kecil disebut infus/infusa, sedang perebusan simplisia selama 30 menit sampai mendidih (90-98 ℃) dengan api kecil disebut dekokta.
Alat merebus simplisia tidak boleh menggunakan logam, kecuali stainless steel.
Alat merebus simplisia sebaiknya terbuat dari kaca, keramik, atau porselen.
Seduhan menggunakan air mendidih yang dituangkan ke dalam simplisia, ditutup dan didiamkan 5-10 menit.
Simplisia yang digunakan harus dicuci bersih sebelum diproses lebih lanjut.
Satuan takar dalam penggunaan ramuan obat tradisional :
- 1 genggam setara dengan 80 g bahan segar
- bahan kering (simplisia) setara dengan 40-60 % dari bahan segar
- 1 ibu jari setara dengan 8 cm atau 10 g bahan segar
- 1 cangkir setara dengan 100mL
- 1 gelas = 1 gelas belimbing setara dengan 200mL
- 1 sendok makan (sdm) setara dengan 15mL
- 1 sendok teh (sdt) setara dengan 5mL
Penyimpanan simplisia pada tempat yang kering, sejuk (8-15 ℃) dan dalam wadah yang tertutup rapat
Saringan yang digunakan terbuat dari bahan plastik/nilon, stainless steel, atau kain kassa (yang biasanya untuk sablon).
Bahan yang digunakan dalam formularium ini, bila tidak dinyatakan lain, maka yang dimaksud adalah bahan kering (simplisia).
Bila keluhan belum teratasi atau muncul keluhan lain dalam penggunaan, masyarakat harus menghentikan dan berkonsultasi ke tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan pengobatan tradisional atau tenaga komplementer yang memiliki kompetensi untuk itu.
Penggunaan ramuan obat tradisional di dalam FROTI (FORMULARIUM RAMUAN OBAT TRADISIONAL INDONESIA) yang bersamaan dengan pengobatan konvensional harus mendapat persetujuan terlebih dahulu oleh dokter.
H.2. KRITERIA
- Obat tradisional dalam formularium ini mempunyai data keamanan yang dibuktikan minimal dengan data toksisitas akut (LD50).
- Data manfaat bersumber dari literatur ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.
- Sediaan berbentuk simplisia tunggal.
H.3. PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL INDONESIA
H.3.1. RAMUAN UNTUK SAKIT KEPALA TUJUH KELILING
H.3.1.1. INGGU / Ruta angustifolia (L) Pers
 |
Gambar Tumbuhan Inggu
|
1) Nama daerah
- Sumatera: arunda (Melayu);
- Jawa: inggu (Sunda), godong minggu (Jawa Tengah);
- Sulawesi: anruda busu (Makassar)
2) Bagian yang digunakan: herba segar
3) Manfaat: sakit kepala tujuh keliling
4) Larangan: belum dilaporkan
5) Peringatan: belum dilaporkan
6) Efek samping: belum dilaporkan
7) Interaksi: -
8) Dosis: 1 x 5 g herba/hari.
9) Cara pembuatan/penggunaan: Bahan dihaluskan, ditempelkan pada pelipis, biarkan sampai kering.
H.3.1.2. BANGLE / Zingiber purpureum Roxb
 |
Gambar Tumbuhan Bangle |
1) Nama daerah
- Sumatera: mungle (Aceh), bungle (Batak), banlai (Minangkabau);
- Jawa: panglai (Sunda), pandiang (Madura);
- Bali: banggele;
- Nusa Tenggara: bangulai (Bima),
- Kalimantan: banglas (Dayak);
- Sulawesi: kekundiren (Minahasa), panini (Bugis);
- Maluku: unin makei (Ambon).
2) Bagian yang digunakan: rimpang segar
3) Manfaat: sakit kepala tujuh keliling
4) Larangan: belum dilaporkan
5) Peringatan: belum dilaporkan
6) Efek samping: belum dilaporkan
7) Interaksi: belum dilaporkan
8) Dosis: 2 x 5 g rimpang/hari
9) Cara pembuatan/penggunaan:
Bahan dihaluskan, tambahkan sedikit air sampai menjadi adonan seperti bubur, dipakai di pelipis dan biarkan sampai kering.
H.3.2. RAMUAN UNTUK SAKIT KEPALA SEBELAH
H.3.2.1. KENCUR / Kaempferia galanga L.
 |
Gambar Tumbuhan Kencur |
1) Nama daerah
- Sumatera: ceuku (Aceh), kaciwer (Batak), cakue (Minangkabau);
- Jawa: cikur (Sunda), kencor (Madura);
- Nusa Tenggara: cekur (Sasak), soku (Bima);
- Sulawesi: hume pete (Gorontalo), cakuru (Makassar), ceku (Bugis);
- Maluku: asuli (Ambon), bataka (Ternate);
- Irian: ukap (Marind)
2) Bagian yang digunakan: daun segar
3) Manfaat: sakit kepala sebelah
4) Larangan: alergi, kehamilan, gangguan usus menahun
5) Peringatan: belum dilaporkan
6) Efek samping: alergi
7) Interaksi: belum dilaporkan
8) Dosis: 1 x 3 daun/hari
9) Cara pembuatan/penggunaan:
Bahan dihaluskan, ditempelkan pada pelipis (sisi yang sakit) biarkan sampai kering.
H.3.2.2. TEH / Camellia sinensis L.
 |
Gambar Tumbuhan Teh |
1) Nama daerah:
- Jawa: teh (Jawa), nteh (Sunda);
- Nusa Tenggara: rembiga (Sasak), kore (Bima), krokoh (Flores); kapauk (Roti);
- Sulawesi: rambega (Bugis).
2) Bagian yang digunakan: pucuk daun
3) Manfaat: sakit kepala sebelah
4) Larangan: iritasi lambung, susah tidur, kecemasan dan jantung berdebar
5) Peringatan: hati-hati teh mengandung kafein
6) Efek samping: minum 5 cangkir atau lebih/hari, yang mengandung ±100 mg kafein dapat menyebabkan gangguan pencernaan, rasa lemah, gelisah, gemetar sukar tidur, bingung, jantung berdebar debar, sesak nafas dan kadang-kadang sembelit.
7) Interaksi: obat-obat yang diminum bersama teh akan terganggu absorpsinya di usus.
8) Dosis: 3 x 8 g pucuk daun/hari
9) Cara pembuatan/penggunaan :
Bahan diseduh dengan 1 cangkir air mendidih, diamkan, saring dan dapat ditambahkan dengan sedikit air jeruk nipis dan/atau madu kemudian diaduk rata dan diminum sekaligus.
H.3.3. RAMUAN UNTUK PENURUN DEMAM
H.3.3.1. SAMBILOTO / Andrographis paniculata (Burm. f) Nees
 |
Gambar Tumbuhan Sambiloto |
1) Nama daerah:
- Sumatera: ampadu, pepaitan (Melayu);
- Jawa: ki oray, ki peurat, takilo (Sunda) bidara, sadilata, sambilata, sambiloto (Jawa)
2) Bagian yang digunakan: herba segar
3) Manfaat: penurun demam
4) Larangan: kehamilan, menyusui, alergi, anak dengan supervisi dokter
5) Peringatan: reaksi anafilaksis
6) Efek samping: alergi, muntah, mual dan kehilangan selera makan
7) Interaksi: obat pengencer darah, penekan sistem imun, isoniazid (INH)
8) Dosis: 3 x 10-15 g herba/hari
9) Cara pembuatan/penggunaan:
Bahan direbus dengan 2 gelas air sampai menjadi separuhnya. Dinginkan, saring, tambahkan madu secukupnya, minum sekaligus.
H.3.3.2. TAPAK LIMAN / Elephantopus scaber L.
 |
Gambar Tumbuhan Tapak Liman |
1) Nama daerah
- Sumatera: tutup bumi.
- Jawa: balagaduk, jukut cancang, tapak liman (Sunda); tampak liman, tapak liman, tapak tangan (Jawa); talpak tana (Madura).
2) Bagian yang digunakan: daun
3) Manfaat: demam
4) Larangan: kehamilan, menyusui dan anak
5) Peringatan: belum dilaporkan
6) Efek samping: dosis besar menimbulkan gemetar dan kelemahan otot
7) Interaksi: obat kencing manis
8) Dosis: 1 x 2 daun/hari
9) Cara pembuatan/penggunaan:
bahan direbus dengan 2 gelas air menjadi separuhnya, dinginkan, saring, dan diminum sekaligus.
H.3.3.3. CABE JAWA / Piper retrofractum Vahl.
 |
Gambar Tumbuhan Cabe Jawa |
1) Nama daerah
- Sumatera: lada panjang, cabai panjang;
- Jawa: cabean, cabe alas, cabe areuy, cabe sula; madura cabhi jhamo, cabe ongghu, cabe solah;
- Sulawesi: cabia (Makassar).
2) Bagian yang digunakan: buah
3) Manfaat: demam
4) Larangan: alergi
5) Peringatan: minyak atsiri menyebabkan iritasi kulit dan mukosa membran.
6) Efek samping: belum dilaporkan
7) Interaksi: belum dilaporkan
8) Dosis: 2 x 3-4 g buah/hari
9) Cara pembuatan/penggunaan:
Bahan dihaluskan menjadi serbuk, seduh dengan 1 cangkir air mendidih, diamkan, diminum selagi hangat.
H.3.4. RAMUAN UNTUK SELESMA
H.3.4.1. SAMBILOTO / Andrographis paniculata (Burm. f) Nees
 |
Gambar Tanaman Sambiloto |
1) Nama daerah
- Sumatera: ampadu, pepaitan (Melayu);
- Jawa: ki oray, ki peurat, takilo (Sunda) bidara, sadilata, sambilata, sambiloto (Jawa)
2) Bagian yang digunakan: herba
3) Manfaat: selesma
4) Larangan: kehamilan, menyusui, anak dan alergi.
5) Peringatan: air perasan menimbulkan bengkak pada mata.
6) Efek samping: perut tidak enak, mual muntah, kehilangan selera makan, gatal, alergi.
7) Interaksi: isoniazid (INH), obat jantung, obat pengencer darah, obat kencing manis, daun salam.
8) Dosis: 3 x 1-2 g herba/hari
9) Cara pembuatan/penggunaan:
Bahan dihaluskan menjadi serbuk, seduh dengan air mendidih, saring dan minum selagi hangat.
H.3.4.2. JAHE MERAH / Zingiber officinale Rosc. var. rubrum
 |
Gambar Tumbuhan Jahe Merah |
1) Nama daerah
- Sumatera: halia (Aceh), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung);
- Jawa: jae (Jawa), jhai (Madura);
- Kalimantan : lai (Dayak);
- Nusa Tenggara: jae (Bali), reja (Bima);
- Sulawesi: melito (Gorontalo), pese (Bugis);
- Maluku: sehi (Ambon), siwei (Buru), geraka (Ternate), gora (Tidore);
- Papua: lali (Kalana fat), manman (Kapaur).
2) Bagian yang digunakan: rimpang segar
3) Manfaat: selesma
4) Larangan: kehamilan dan anak usia di bawah 2 tahun
5) Peringatan: dikonsumsi saat kehamilan, dapat menggugurkan kandungan, dosis besar >6 g dapat menimbulkan borok lambung.
6) Efek samping: meningkatkan asam lambung
7) Interaksi: obat pengencer darah, obat penurun kolesterol
8) Dosis: 3 x 1 sendok teh sehari, minimal selama 3 hari
9) Cara pembuatan/penggunaan: kupas 3 rimpang diperas.
H.3.5. RAMUAN UNTUK MIMISAN
H.3.5.1. SIRIH / Piper bettle (L)
 |
Gambar Tumbuhan Sirih |
1) Nama daerah
- Sumatera: ranub (Aceh), belo (Batak Karo), demban (Batak Toba);
- Kalimantan : uwit (Dayak);
- Jawa: seureuh (Sunda), suruh (Jawa), sere (Madura);
- Bali: base, sedah;
- Nusa Tenggara: nahi (bima), kuta (Sumba);
- Sulawesi: gapura (Bugis), sangi (Talaud);
- Maluku: amu (Ambon);
- Papua: afo (Sentani).
2) Bagian yang digunakan: daun segar
3) Manfaat: mimisan
4) Larangan: belum dilaporkan
5) Peringatan: penderita sebaiknya dalam posisi berbaring
6) Efek samping : penggunaan lokal pada muka selama 3 hari dapat menyebabkan iritasi seperti kemerahan dan rasa menyengat
7) Interaksi: -
8) Dosis: secukupnya
9) Cara pembuatan/penggunaan:
Bahan ditumbuk, peras dengan sepotong kasa, sumbat hidung yang mimisan dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan air perasan daun sirih.
H.3.6. RAMUAN UNTUK BAU MULUT
H.3.6.1. AKAR WANGI / Chrysopogon zizanoides (L.) Roberty
 |
Gambar Tumbuhan Akar Wangi |
1) Nama daerah:
- Sumatera: urek usa (Minangkabau), hapias (Batak);
- Jawa: narwastu atau usar (Sunda), larasetu (Jawa), karabistu (Madura);
- Nusa Tenggara : nausina fuik (Roti);
- Sulawesi: tahele (Gorontalo), sere ambong (Bugis);
- Maluku: babuwamendi (Halmahera), garamakusu batawi (Ternate), baramakusu butai (Tidore).
2) Bagian yang digunakan: akar
3) Manfaat: bau mulut
4) Larangan: anak, kehamilan dan menyusui
5) Peringatan: belum dilaporkan
6) Efek samping: alergi
7) Interaksi: belum dilaporkan
8) Dosis: 2 x 60 g akar/hari
9) Cara pembuatan/penggunaan:
bahan direbus dengan 2 gelas air hingga menjadi separuhnya, dinginkan, saring, dan gunakan untuk berkumur.
H.3.6.2. KEMANGI / Ocimum canum Sims (L.)
 |
Gambar Tumbuhan Kemangi |
1) Nama daerah
- Jawa: araung, (Sunda), Lampes (Jawa Tengah), Kemangek (Madura);
- Bali: Uku-Uku (Bali);
- Nusa Tenggara: Lufe-lufe (Ternate)
2) Bagian yang digunakan: herba
3) Manfaat : bau mulut
4) Larangan : anak, kehamilan dan menyusui
5) Peringatan : alergi
6) Efek samping : belum dilaporkan
7) Interaksi : belum dilaporkan
8) Dosis : 1 x 6 g/hari, pagi sebelum makan
9) Cara pembuatan/penggunaan:
bahan diseduh dengan 1 cangkir air mendidih, diamkan, saring, dapat ditambahkan gula merah atau madu secukupnya.
H.3.7. RAMUAN UNTUK SAKIT GIGI
H.3.7.1. GAMBIR / Uncaria gambir Roxb. Nauclea gambir W. Hunter
 |
Gambar Gambir tanaman penyirih penghasil devisa |
1) Nama daerah
- Sumatera : gambee, kacu, sontang, pengilom, sepelet;
- Jawa : santun, ghambhir;
- Kalimantan : kelare, abi;
- Nusa Tenggara: tagambe, gambele;
- Maluku: kampir, ngamir, gabere.
2) Bagian yang digunakan:ekstrak kering dari daun
3) Manfaat : sakit gigi
4) Larangan : anak
5) Peringatan : dosis besar peroral (200 mg/kgbb) dapat mempengaruhi fungsi ginjal dan hati (jangan ditelan).
6) Efek samping : penggunaan lebih dari ukuran satu ibu jari akan menyebabkan sembelit
7) Interaksi : -
8) Dosis: 2 x 1 potong (ukuran ±1-2 cm)/hari
9) Pembuatan ekstrak:
- Buat ekstrak dengan merebus langsung menggunakan air.
- Masukkan satu bagian daun uncaria gambir segar ke dalam wadah nirkarat (stainless steel), tambahkan 5 bagian air, rebus
- selama 1 jam dihitung setelah mendidih sambil sesekali diaduk.
- Saring air rebusan, peras ampas daun dengan alat sistem ulir.
- Tampung hasil perasan dan gabungkan dengan air rebusan, endapkan selama 2 x 24 jam. saring dan peras endapan yang diperoleh hingga masa berbentuk pasta kekuningan. Cetak dan potong, keringkan pada suhu 60°C.
10) Cara pembuatan/penggunaan:
- Bahan diseduh dengan setengah gelas air mendidih sampai larut, dinginkan.
- Gunakan untuk berkumur.
H.3.7.2. PATAH TULANG / Euphorbia tirucalli L.
 |
Gambar tumbuhan Patah Tulang |
1) Nama daerah
- Jawa: patah tulang (Jawa)
2) Bagian yang digunakan: batang segar
3) Manfaat : sakit gigi
4) Larangan : jangan ditelan
5) Peringatan : jangan kena mata karena menyebabkan erosi hingga kebutaan
6) Efek samping : iritasi pada mukosa dan/atau kulit
7) Interaksi : belum diketahui
8) Dosis : 1 x 1-3 tetes getah/hari
9) Cara pembuatan/penggunaan:
Patahkan batang, tampung getah 1-3 tetes pada kapas, sisipkan pada gigi yang sakit .
H.3.8. RAMUAN UNTUK GONDONGAN
H.3.8.1. MENIRAN / Phyllanthus niruri (Val.)
 |
Gambar tumbuhan Meniran |
1) Nama daerah
- Sumatera: sidukuang anak (Minang);
- Jawa: meniran ijo, memeniran(Sunda), meniran (Jawa);
- Ternate: gosau ma dungi.
2) Bagian yang digunakan: herba
3) Manfaat: gondongan
4) Larangan: kehamilan
5) Peringatan: dosis tinggi dapat menimbulkan aborsi. pemakaian berlebih dapat menyebabkan impotensi.
6) Efek samping: tekanan darah turun, kadar gula darah turun, gangguan keseimbangan elektrolit
7) Interaksi: belum dilaporkan
8) Dosis: 3 x 10 g herba/hari
9) Cara pembuatan/penggunaan:
bahan direbus dengan 2 gelas air sampai menjadi 1 gelas, dinginkan, saring, dan diminum sekaligus
H.3.9. RAMUAN UNTUK PANAS DALAM
H.3.9.1. ALANG-ALANG / Imperata cylindrica L
 |
Gambar Tumbuhan Alang-alang |
1) Nama daerah
- Sumatera: rih (Batak), alalang (Minangkabau), neleleng laku (Aceh);
- Jawa: ki eurih (Sunda), lalang (Madura);
- Bali: ambengan;
- Nusa Tenggara: re (Sasak), atindalo (Bima), witu (Sumba);
- Papua: kalepip (Kalana)
2) Bagian yang digunakan: akar
3) Manfaat: meredakan panas dalam
4) Larangan: belum dilaporkan
5) Peringatan: alergi
6) Efek samping: pusing , mual, peningkatan buang air kecil
7) Interaksi: belum dilaporkan.
8) Dosis: 1x40-70 g akar/hari
9) Cara pembuatan/penggunaan: bahan direbus dengan 2 gelas air sampai menjadi setengahnya, kemudian diminum selagi hangat.
H.3.9.2. DAUN CINCAU / Cyclea barbata L.Miers
 |
Gambar tumbuhan Cincau |
1) Nama daerah
- Sumatera: cincao (Melayu);
- Jawa: camcao (Jawa Tengah)
2) Bagian yang digunakan: daun segar
3) Manfaat: panas dalam
4) Larangan: belum dilaporkan
5) Peringatan: belum dilaporkan
6) Efek samping: belum dilaporkan
7) Interaksi: belum dilaporkan
8) Dosis: 1 x150 g daun/hari
9) Cara pembuatan/penggunaan:
Bahan ditumbuk atau diremas-remas dengan air secukupnya, peras, saring, tampung dalam loyang, diamkan hingga terbentuk gel. Potong sesuai selera, dapat ditambahkan santan dan gula merah secukupnya.