Bakteri adalah organisme bersel tunggal atau uniseluler, prokariota atau prokariot, berukuran microskopik atau sangat kecil yang dapat hidup di mana saja, termasuk pada tumbuhan, hewan, manusia, dan di lingkungan sekitar kita. Meskipun kata bakteri merujuk pada konotasi negatif, sebenarnya hampir secara keseluruhan, bakteri tidak membahayakan manusia, dan bahkan beberapa bakteri bersifat menguntungkan.Bakteri yang berbahaya bagi manusia disebut sebagai bakteri patogen, atau yang dapat menyebabkan penyakit di dalam tubuh. Bakteri patogen dapat mengakibatkan infeksi bakteri yang ditandai dengan proliferasi atau perkembangbiakan bakteri tersebut dalam tubuh. Kondisi ini dapat terjadi di bagian tubuh mana saja.
Infeksi bakteri adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh bakteri, serta dapat menyerang seluruh organ tubuh. Demam, batuk, hingga tanda peradangan, seperti nyeri, merupakan beberapa gejala yang dapat dialami penderita kondisi ini. Penularan bakteri dapat terjadi dengan berbagai cara, bisa secara langsung seperti percikan ludah orang terinfeksi yang terhirup, melalui makanan, atau gigitan hewan yang terkontaminasi.
Bakteri berbeda dengan virus. Bakteri tidak membutuhkan sel manusia untuk hidup dan berkembang biak, sedangkan virus justru membutuhkannya. Maka dari itu, proses diagnosis hingga penanganan infeksi bakteri dan infeksi virus dapat berbeda.
A. BAKTERI
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.
Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel
A.1. SEJARAH
Bakteri merupakan organisme mikroskopik. Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop. Barulah setelah abad ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai berkembang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, berbagai hal tentang bakteri telah berhasil ditelusuri. Tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh penting seperti Robert Hooke, Antony van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch. Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki arti "batang-batang kecil". Pengetahuan tentang bakteri berkembang setelah serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi. Bakteriologi adalah cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.
Robert Hooke (1635-1703), seorang ahli matematika dan sejarawan berkebangsaan Inggris, menulis sebuah buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang berisi hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop sederhana. Tetapi, Robert Hooke masih belum dapat menumukan struktur bakteri. Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya mengenai tubuh buah kapang. Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.
Antony van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke yang mana pengamatan dengan mikroskop masih sangat sederhana. Terinspirasi dari karya Robert Hooke, ia membuat mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat baik untuk mengamati makhluk mikroskopik ini pada berbagai media alami pada tahun 1684. Antoni van Leeuwenhoek berhasil menemukan bakteri untuk pertama kalinya di dunia pada tahun 1676. Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang kemudian dipublikasikan pada tahun 1684. Penemuan ini segera mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya. Sejak saat itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai berkembang.
Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis berkebangsaan Breslau (sekarang Polandia). Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas. Ketertarikannya pada kelompok bakteri ini mengarahkannya pada penemuan kelompok bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi. Ferdinand Cohn juga berhasil menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas. Selanjutnya, ia juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan beberapa metode untuk mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan kapas sebagai penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Metode ini kemudian digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch.
Robert Koch (1843-1910), seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman, banyak melakukan penelitian mengenai penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Ilmuwan pada awalnya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang hewan ternak. Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora. Robert Koch juga merupakan orang pertama yang berhasil mendapatkan isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis. Berdasarkan dua penelitian mengenai penyakit ini, Robert Koch berhasil membuat Postulat Koch, sebuah teori mengenai mikroorganisme spesifik untuk penyakit yang spesfik. Dia juga berhasil menemukan metode untuk mendapatkan isolat murni dari bakteri. Penemuan lainnya adalah penggunaan media kultur padat untuk menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya. Pada awalnya ia menggunakan potongan kentang dan kemudian dikembangkan dengan menggunakan nutrien gelatin. Penggunaan nutrien gelatin masih memiliki banyak kekurangan yang pada akhirnya penggunaanya digantikan dengan agar (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga bekerja bersama Robert Koch.
A.2. STRUKTUR SEL (BAKTERI)
Struktur BAKTERI
Seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah sitoplasma yang bernama nukleoid. Salah satu struktur bakteri yang penting adalah dinding sel.
Bakteri dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu bakteri Gram negatif dan bakteri Gram positif.
- Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, dinding selnya mampu menyerap warna violet. Contoh bakteri gram positif adalah bakteri ungu, Enterobacteria, dan Vibrio.
- Bakteri Gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan mempunyai struktur lipopolisakarida yang tebal, dinding selnya mampu menyerap warna merah. Contoh bakteri gram negatif adalah bakteri dengan genus Streptomyces, Streptococcus, dan Mycrobacterium tuberculosis.
Metode yang digunakan untuk membedakan kedua jenis kelompok bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.
Sedangkan "Bakteri Tidak Berdinding Sel" merupakan bakteri yang tidak memiliki dinding sel, contohnya bakteri Micoplasma.
Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela dan fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis. Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom. Beberapa bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrem. Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, di mana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.
A.2.1. Kapsul
Kapsul adalah lapisan atau bagian paling luar dari bakteri yang menyelimuti dinding sel. Ketebalan lapisan tersebut bervariasi pada berbagai jenis bakteri. Lapisan yang tebal disebut kapsul, sedangkan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir.
Bagian kapsul pada umumnya dimiliki oleh bakteri yang hidup parasit dan bersifat patogen. Sedangkan lapisan lendir dimiliki oleh bakteri saproba (mendapatkan makanan dari sisa organisme). Oleh karena itu makanan yang terkontaminasi bakteri jenis ini biasanya akan terlihat berlendir. Contohnya pada makanan basah yang sudah basi.
Kapsul terdiri dari glikoprotein (senyawa campuran antara glikogen dan protein), sedangkan lapisan lendir tersusun dari air dan polisakarida. Kapsul dan lapisan lendir berfungsi sebagai pelindung sel dan membantu pelekatan dengan sel bakteri lain atau pada substrat.
A.2.2. Dinding Sel
Dinding sel bakteri tersusun atas senyawa peptidoglikan, yaitu polisakarida yang mengikat protein. Ketebalan lapisan peptidoglikan yang dimiliki oleh bakteri sangat bervariasi. Ketebalan lapisan ini akan berpengaruh dalam proses pewarnaan yang digunakan dalam penggolongan bakteri (bakteri gram positif dan gram negatif).
Dinding sel ini berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel memberikan perlindungan fisik, dan menjaga sel agar tidak pecah dalam lingkungan yang hipotonis (tekanan osmotik lebih rendah).
A.2.3. Membran Plasma
Membran plasma pada struktur bakteri berfungsi membungkus sitoplasma dan mengatur pertukaran zat yang berada di dalam dan di luar sel. Membran plasma ini tersusun atas senyawa fosfolipid dan protein yang bersifat selektif permeabel (dapat dilewati oleh zat-zat tertentu).
A.2.4. Sitoplasma
Sitoplasma adalah cairan koloid yang mengandung molekul organik (lemak, protein, dan karbohidrat), garam-garaman, mineral, enzim, DNA, dan ribosom. Sitoplasma pada struktur bakteri berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi-reaksi metabolisme sel.
A.2.5. Ribosom
Ribosom adalah organel-organel kecil yang tersebar di dalam sitoplasma dan berfungsi dalam sintesis protein. Ribosom tersusun atas senyawa protein dan RNA.
A.2.6. Flagela
Flagela adalah bulu cambuk yang tersusun dari senyawa protein,dan berfungsi sebagai alat gerak. Flagella pada struktur bakteri ini terletak pada dinding sel. Flagela dimiliki oleh bakteri yang berbentuk batang (basil), koma (vibrio) dan spiral.
A.2.7. Pilus atau Fimbria
Pilus atau fimbria adalah bagian dari struktur sel yang berbentuk seperti flagella, tetapi pilus ini berupa rambut-rambut yang memiliki diameter lebih kecil, pendek, dan kaku yang terdapat di sekitar dinding sel.
Pilus atau fimbria bagian dari struktur bakteri yang berfungsi untuk membantu bakteri menempel dan melekatkan diri dengan sel bakteri lainnya sehingga terjadi transfer DNA pada saat terjadi konjugasi.
A.3. MORFOLOGI BAKTERI
Berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu: Kokus (Coccus), Basil (Bacillus), dan Spiral (Spirilum).
Berbagai bentuk tubuh bakteri
A.3.1. Kokus
Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
- Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
- Diplococcus, jka berganda dua-dua
- Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
- Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
- Staphylococcus, jika bergerombol
- Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
A.3.2. Basil
Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut :
- Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
- Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
A.3.3. Spiral
Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
- Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
- Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
- Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel.
Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang dapat hidup mandiri bahkan saat terpisah dari koloninya.
A.4. ALAT GERAK
Gambar alat gerak bakteri: A-Monotrik; B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik;
Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Bakteri yang tidak memiliki alat gerak biasanya hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau lingkungan tempat bakteri tersebut berada. Sama seperti struktur kapsul, flagel juga dapat menjadi agen penyebab penyakit pada beberapa spesies bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
- Atrik, tidak mempunyai flagel.
- Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.
- Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.
- Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.
- Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
A.5. HABITAT
Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang berarti melimpah dan banyak ditemukan di hampir semua tempat. Habitatnya sangat beragam; lingkungan perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan dapat ditemukan di dalam organisme hidup. Diperkirakan total jumlah sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini adalah 5x1030. Bakteri dapat ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam saluran pencernaan yang jumlah selnya 10 kali lipat lebih banyak dari jumlah total sel tubuh manusia. Karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia.
Thermus aquaticus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalam bioteknologi.
Terdapat beragam jenis bakteri yang mampu menghabitasi daerah saluran pencernaan manusia, terutama pada usus besar, diantaranya adalah bakteri asam laktat dan kelompok enterobacter . Contoh bakteri yang biasa ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus. Di samping itu, terdapat pula kelompok bakteri lain, yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan karena dapat menunjang kesehatan dan bahkan mampu mencegah terbentuknya kanker usus besar. Selain di dalam saluran pencernaan, bakteri juga dapat ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia. Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat kelompok bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof, yaitu kelompok bakteri yang mampu menggunakan senyawa karbon tunggal untuk menyokong pertumbuhannya. Di dalam rongga mulut, bakteri ini menggunakan senyawa dimetil sulfida yang berperan dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.
Beberapa kelompok mikroorganisme ini mampu hidup di lingkungan yang tidak memungkinkan organisme lain untuk hidup. Kondisi lingkungan yang ekstrem ini menuntut adanya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik. Sebagai contoh, Thermus aquaticus merupakan salah satu jenis bakteri yang hidup pada sumber air panas dengan kisaran suhu 60-80 oC. Tidak hanya di lingkungan bersuhu tinggi, bakteri juga dapat ditemukan pada lingkungan dengan suhu yang sangat dingin. Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antarktika dengan suhu di bawah 0 oC. Di samping pengaruh ekstrem temperatur, bakteri juga dapat hidup pada berbagai lingkungan lain yang hampir tidak memungkinkan adanya kehidupan (lingkungan steril). Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. adalah contoh dari bakteri yang dapat hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%). Tedapat pula beberapa jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar air rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.
Beberapa komunitas bakteri dapat bertahan hidup di dalam awan dengan ketingian hingga 10 kilometer. Sebuah tim peneliti menggunakan pesawat tua DC-8 yang dimodifikasi sebagai laboratorium terbang berhasil menggambil sampel sejumlah bakteri di awan dalam kondisi badai. Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa badai dan bertahan dalam ionisasi awan.
A.6. PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP BAKTERI
Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya. Secara umum, terdapat beberapa alat yang dapat digunakan untuk melakukan pengamatan sel bakteri terhadap berbagai parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM)
A.6.1. SUHU
Suhu berperan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi semua makhluk hidup. Khususnya bagi bakteri, suhu lingkungan yang berada lebih tinggi dari suhu yang dapat ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati. Demikian pula bila suhu lingkungannya berada di bawah batas toleransi, membran sitoplasma tidak akan berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan proses kehidupan sel akan terhenti. Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 4 golongan:
- Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
- Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
- Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
- Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.
A.6.2. KELEMBABAN RELATIF
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Kelembaban relatif dapat didefinisikan sebagai kandungan air yang terdapat di udara. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan. Sebagai contoh, bakteri Escherichia coli akan mengalami penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya saat RH lingkungan kurang dari 84%. Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan struktur membran selnya yang mengandung lipid bilayer.
A.6.3. CAHAYA
Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Secara umum, bakteri dan mikroorganisme lainnya dapat hidup dengan baik pada paparan cahaya normal. Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi dapat berakibat fatal bagi pertumbuhan bakteri. Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma untuk mensterilkan suatu lingkungan dari bakteri dan mikroorganisme lainnya dikenal dengan teknik iradiasi yang mulai berkembang sejak awal abad ke-20. Metode ini telah diaplikasikan secara luas untuk berbagai keperluan, terutama pada sterilisasi makanan untuk meningkatkan masa simpan dan daya tahan.[6] Beberapa contoh bakteri patogen yang mampu dihambat ataupun dihilangkan antara lain Escherichia coli 0157:H7 dan Salmonella.
A.6.4. RADIASI
Radiasi pada kekuatan tertentu dapat menyebabkan kelainan dan bahkan dapat bersifat letal bagi makhluk hidup, terutama bakteri. Sebagai contoh pada manusia, radiasi dapat menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker. Akan tetapi, terdapat kelompok bakteri tertentu yang mampu bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali lebih besar dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu kelompok Deinococcaceae. Sebagai perbandingan, manusia pada umumnya tidak dapat bertahan pada paparan radiasi lebih dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam kelompok ini dapat bertahan hingga 5.000 Gy.
Pada umumnya, paparan energi radiasi dapat menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA. Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri dapat mengalami kematian. Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melalui sistem adaptasi dan adanya proses perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.
A.7. PERAN BAKTERI YANG MENGUNTUNGKAN DAN MERUGIKAN
Beberapa jenis bakteri berperan besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem.Selain menguntungkan, ada juga sebagian jenis bakteri yang merugikan kehidupan, bahkan membahayakan manusia.
Dengan mengetahui jenis bakteri yang merugikan dan akibat yang bisa ditimbulkan, maka kita dapat menghambat perkembangannya dan mengatasi akibat yang ditimbulkannya dengan tepat.
A.7.1. PERAN BAKTERI YANG MENGUNTUNGKAN
Berikut ini Contoh Bakteri yang Menguntungkan
- Streptomyces griseus, berperan dalam menghasilkan antibiotik streptomisin untuk melawan bakteri penyebab TBC.
- Clostritridum, berperan dalam pengurai atau dekomposer senyawa organik dalam organisme yang sudah mati.
- Nitrosomonas, berperan dalam menyediakan nitrogen organik yang penting bagi tumbuhan.
- Escherichia coli, berperan dalam membusukkan makanan di dalam usus besar dan menghasilkan vitamin K.
- Lactobacillus acidophilus, berperan untuk menambah nilai gizi dari susu. Bakteri ini biasa ditambahkan dalam produk susu formula.
- Clostridium, azotobacter, azaosprillium, dan rhodospirillum, berperan dalam mengikat nitrogen dari udara bebas yang bermanfaat bagi tumbuhan.
- Lactobacillus bulgaricus, berperan untuk membuat yoghurt.
- Cyanocobalamin, disebut juga bakteri probiotik, berperan dalam menghasilkan vitamin B12 yang bermanfaat bagi tubuh manusia.
- Lactobacillus casei, berperan dalam pembuatan keju.
- Streptomyces venezuela, berperan dalam menghasilkan antibiotik kloramfenikol.
- Anabaena, bersimbiosis dengan tumbuhan paku air Azolla pinnata.
- Bakteri selulolitik yang terdapat di dalam perut hewan herbivora. Bakteri ini memiliki enzim pemecah selulosa yang tidak dimiliki hewan tersebut. Sehingga bakteri ini berperan membantu memecah sel tumbuhan yang akan dicerna hewan tersebut.
- Rhizobium, bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan yang berperan dalam mengikat nitrogen sehingga menyuburkan tanah.
- Acidophilus bifidus, berperan dalam menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh manusia dan mencegah tumbuhnya jamur di dalam tubuh.
- Bacillus thuringiensis, berperan dalam menanggulangi hama seperti hama ulat kubis. Sehingga bakteri ini dapat digunakan sebagai biosida.
- Acetobacter xylinum, berperan dalam proses pembuatan nata de coco dari air kelapa.
- Streptococcus lactis dan S. cremoris, berperan dalam pembuatan keju dan mentega
- Bacillys polymyxa, berperan dalam menghasilkan antibiotik polimiksin.
- Streptomyces aureofaciens, berperan dalam menghasilkan antibiotik tetrasiklin untuk mengobati infeksi saluran pencernaan, sifilis, infeksi kulit, dan infeksi saluran kemih.
- Acetobacter sp., berperan dalam pembuatan cuka.
- Brefidibacterium flavum, berperan dalam produksi asam glutamat yang merupakan bahan baku penyedap rasa masakan.
- Lactobacillys citrovorum, berperan memberi aroma pada mentega dan keju.
- Bacillus brevis, berperan menghasilkan antibiotik kerotrisin.
- Azotobacter chlorococcum, berperan menyuburkan tanah dengan mengikat nitrogen di udara.
- Rhizobium leguminosarum, berperan dalam menyimpan zat hara untuk tanaman.
A.7.1.1. BIDANG LINGKUNGAN
Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki peranan yang besar bagi lingkungan. Sebagai contoh, bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme. Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana. Contoh bakteri saprofit antara lain Proteus dan Clostridium. Tidak hanya berperan sebagai pengurai senyawa organik, beberapa kelompok bakteri saprofit juga merupakan patogen oportunis.
Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.
Kelompok bakteri lainnya berperan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi. Bakteri nitrifikasi adalah kelompok bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlangsung secara aerob di dalam tanah. Kelompok bakteri ini bersifat kemolitotrof. Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) menjadi nitrit (NO2)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3)). Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat. Setelah reaksi nitrifikasi selesai, akan terjadi proses dinitrifikasi yang dilakukan oleh bakteri denitrifikasi. Denitrifikasi sendiri merupakan reduksi anaerobik senyawa nitrat menjadi nitrogen bebas (N2) yang lebih mudah diserap dan dimetabolisme oleh berbagai makhluk hidup. Contoh bakteri yang mampu melakukan metabolisme ini adalah Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Di samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen dalam bentuk lain, seperti dinitrogen oksida (N2O). Senyawa tersebut tidak hanya dapat berperan penting bagi hidup berbagai organisme, tetapi juga dapat berperan dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon. Senyawa N 2O akan dioksidasi menjadi senyawa NO dan selanjutnya bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2 yang akan kembali ke bumi dalam bentuk hujan asam (HNO2).
Di bidang pertanian dikenal adanya suatu kelompok bakteri yang mampu bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup bebas di tanah untuk membantu penyuburan tanah. Kelompok bakteri ini dikenal dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen adalah kelompok bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) bebas di udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3) oleh bantuan enzim nitrogenase. Kelompok bakteri ini biasanya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen bebas di udara yang pada umumnya tidak dapat digunakan secara langsung oleh kebanyakan organisme. Secara umum, kelompok bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium. Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.
A.7.1.2. BIDANG PANGAN
Terdapat beberapa kelompok bakteri yang mampu melakukan proses fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi jenis makanan. Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang lebih lama, juga dapat meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut. Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:
No. | Nama produk atau makanan | Bahan baku | Bakteri yang berperan |
---|
1. | Yoghurt | susu | Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus |
2. | Mentega | susu | Streptococcus lactis |
3. | Terasi | ikan | Lactobacillus sp. |
4. | Asinan buah-buahan | buah-buahan | Lactobacillus sp. |
5. | Sosis | daging | Pediococcus cerevisiae |
6. | Kefir | susu | Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis
|
Beberapa spesies bakteri pengurai dan patogen dapat tumbuh di dalam makanan. Kelompok bakteri ini mampu memetabolisme berbagai komponen di dalam makanan dan kemudian menghasilkan metabolit sampingan yang bersifat racun. Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin, sering kali terdapat pada makanan kalengan dan kini senyawa tersebut dipakai sebagai bahan dasar botox. Beberapa contoh bakteri perusak makanan :
- Burkholderia gladioli (sin. Pseudomonas cocovenenans), menghasilkan asam bongkrek, terdapat pada tempe bongkrek
- Leuconostoc mesenteroides, penyebab pelendiran makanan, penurunan pH, dan pembentukkan gas.
Bakteri juga dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Ralstonia solanacearum merupakan salah satu bakteri penyebab layu pada tanaman tomat. Tanaman yang terserang menunjukkan gejala layu mendadak bahkan dapat menimbulkan kematian. Salah satu penyakit yang menyerang tanaman anggrek yaitu busuk busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora. Dalam perkembangan patogennya, gejala yang ditimbulkan akan cepat meluas dan dapat mematikan titik tumbuh tanaman. Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Swings et al. 1990) adalah bakteri patogen tanaman yang menyebabkan penyakit hawar daun pada padi, yang juga dikenal dengan sebutan penyakit kresek. Penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kedelai oleh Sclerotium rolsfii dapat menyebabkan rendahnya produksi kedelai. Penyakit ini sering ditemukan pada tanaman kedelai baik lahan kering, tadah hujan maupun pasang surut dengan intensitas serangan sebesar 5 - 55%. Tingkat serangan lebih dari 5% di lapang sudah dapat merugikan secara ekonomi. Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc) menyebabkan layu fusarium pada tanaman pisang. Infeksinya akan menganggu proses penyerapan, transportasi air dan zat makanan di dalam tanah, sehingga tanaman menjadi layu dan akhirnya mati.
A.7.1.3. BIDANG BIOLOGI
Beberapa jenis bakteri sangat dibutuhkan dalam proses penguraian. Jenis bakteri saprofit yang bertugas membersihkan bumi ini, mengurai organisme yang sudah mati dan sisa-sisa kotoran yang dihasilkan oleh organisme hidup.Bakteri tersebut mampu mengurai protein, karbohidrat serta senyawa organik lain menjadi karbondioksida dan gas amoniak dan atau senyawa jenis lain yang memiliki struktur lebih sederhana.
Beberapa jenis bakteri ini adalah Acetobacter sp yang dapat menghasilkan asam cuka serta asam asetat.Propioni bacterium yang dapat menghasilkan asam propionat, dan Clostridium butricum yang dapat menghasilkan asam butirat.Bberapa jenis bakteri juga berperan dalam pembuatan biogas, rekayasa genetika, dan pengolahan limbah.
A.7.1.4. BIDANG KESEHATAN
Tidak hanya di bidang lingkungan dan pangan, bakteri juga dapat memberikan manfaat dibidang kesehatan. Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak digunakan dalam menyembuhkan suatu penyakit. Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:
- Streptomyces griseus, menghasilkan antibiotik streptomisin
- Streptomyces aureofaciens, menghasilkan antibiotik tetrasiklin
- Streptomyces venezuelae, menghasilkan antibiotik kloramfenikol
- Penicillium, menghasilkan antibiotik penisilin
- Bacillus polymyxa, menghasilkan antibiotik polimiksin.
Terlepas dari peranannya dalam menghasilkan antibiotik, banyak jenis bakteri yang justru bersifat patogen. Pada manusia, beberapa jenis bakteri yang sering kali menjadi agen penyebab penyakit adalah Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus. Bakteri patogen juga dapat menyerang hewan ternak, seperti Brucella abortus yang menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks. Untuk infeksi pada tanaman yang umum dikenal adalah Xanthomonas oryzae yang menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora yang menyebabkan busuk pada buah-buahan.
A.7.2. PERAN BAKTERI YANG MERUGIKAN
Berikut ini Contoh Bakteri yang Merugikan :
- Mycobacterium tuberculosis, penyebab penyakit TBC (tuberkulosis).
- Xanthomonas oryzae, merupakan bakteri penyerang pucuk batang tanaman padi.
- Salmonella typhosa, penyebab penyakit tifus.
- Neisseria gonorrchoeae, penyebab penyakit gonore.
- Shigella dysenteriae, penyebab penyakit disentri.
- Brucella abortus, penyebab brucllosis pada sapi.
- Xanthomonas campestris, menyerang tanaman kubis.
- Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin yang sering terdapat pada makanan kaleng.
- Diplococcuc pneumonia, penyebab penyakit pneumonia.
- Pseudomonas solanacaerum, merupakan bakteri penyebab penyakit layu pada terong-terongan.
- Treponema perteneu, merupakan bakteri penyebab penyakit patek (frambusia).
- Bordetella pertussis, merupakan bakteri yang menyebabkan gejala batuk rejan pada manusia.
- Neisseria meningitidis, merupakan bakteri penyebab penyakit meningitis.
- Streptococcus agalactiae, merupakan bakteri yang dapat menyebabkan masititis pada sapi.
- Erwinia amylovora, merupakan bakteri penyebab penyakit bonyok pada buah-buahan.
A.7.2..1. PENYEBAB PENYAKIT PADA MANUSIA
Beberapa bakteri dapat menyebabkan penyakit, dari penyakit yang ringan hingga berat. Beberapa bakteri tersebut adalah Salmonella typhosa (penyebab tifus), Neisseria meningitidis (penyebab meningitis), Neisseria gonorrhoeae (penyabab kencing nanah), Mycobocterium leprae (penyebab kusta), Shigella dysenteriae (penyebab disentri), Mycobacterium tuberculosis (penyebab tuberkulosis).
A.7.2..2. PENYEBAB PENYAKIT PADA TANAMAN DAN HEWAN
Bakteri patogen pada tanaman, antara lain Ralstonia solanacearu (penyebab layu pada tanaman tomat, Erwinia carotovora (penyebab busuk-busuk lunak pada anggrek), dan Xanthomonas oryzae pv. oryzae (penyebab penyakit hawar daun pada padi).
Pada hewan, bakteri yang dapat menyebabkan penyakit, misalnya Brucella abortus (menyebabkan keguguran yang menularpada sapi) dan Bacillus anthracis (menyebabkan penyakit antraks).
A.7.2.3. MERUSAK KUALITAS MAKANAN DAN MINUMAN
Beberapa jenis bakteri patogen terdapat dalam makanan dan minuman yang menyebabkan rusaknya kualitas makanan dan minuman.
Bakteri-bakteri ini melakukan proses metabolisme beberapa komponen penyusun dalam makanan dan minuman dan menghasilkan metabolit yang bersifat racun.
Contoh bakteri perusak makanan adalah Clostridium botulinum, yang seringkali terdapat pada makanan kalengan dan menghasilkan racun botulinin, Burkholderia gladioli, terdapat pada tempe bongkrek dan menghasilkan asam bongkrek, serta Leuconostoc mesenteroids, yang menyebabkan berlendirnya makanan, menurunnya pH dan terbentunya gas.
A.7.2.4. PENYEBAB HUJAN ASAM DAN RUSAKNYA OZON
Hujan asam dan rusaknya ozon disebabkan oleh senyawa dinitrogen oksida (N2O). Di sisi lain, senyawa ini sebenarnya juga bermanfaat bagi kelangsungan hidup organisme lain.
Bakteri yang memproduksi N2O adalah bakteri Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas stutzeri, dan Paracoccus denitrificans melalui proses denitrifikasi.Proses denitrifikasi adalah proses reduksi anaerobik yang mengubah senyawa nitrat menjadi nitrogen bebas (N2).
A.8. DEKOMPOSISI
Proses degradasi jasad makhluk hidup dilakukan oleh banyak organisme, salah satunya adalah bakteri. Beberapa jenis bakteri, terutama bakteri heterotrof, mampu mendegradasi senyawa organik dan menggunakannya untuk menunjang pertumbuhannya. Proses dekomposisi ini dibantu oleh beberapa jenis enzim untuk memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, untuk dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana. Sebagai contoh, enzim protease digunakan untuk memecah protein menjadi senyawa lebih sederhana, seperti asam amino. Proses dekomposisi ini juga berperan dalam pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke alam untuk masuk ke dalam siklus lagi.
Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot. Proses ini dipercepat saat tubuh telah dikuburkan. Reaksi pertama dalam dekomposisi ini adalah hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino. Selanjutnya, asam amino akan diubah menjadi asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan karbon dioksida sehingga pH lingkungan akan turun menjadi 4-5. Reaksi ini dilakukan oleh bakteri acetogen. Pada tahap akhir, semua senyawa tersebut diubah menjadi gas metana oleh metanogen.
A.9. BAKTERI GRAM POSITIF DAN NEGATIF
Dalam pemberian antibiotik harus diketahui jenis bakterinya apakah Gram positif atau negatif. Di bawah ini adalah daftar bakteri tersebut:
Actinomyces (Gram +) Bacillus (Gram +) Clostridium (Gram +) Corynebacterium (Gram +) Enterococcus (Gram +) Gardnerella (Gram +) Lactobacillus (Gram +) Listeria (Gram +) Mycobacterium (Gram +) Mycoplasma (Gram +) Nocardia (Gram +) Propionibacterium (Gram +) Staphylococcus (Gram +) Streptococcus (Gram +) Streptomyces (Gram +)
Acetobacter (Gram -) Borrelia (Gram -) Bortadella (Gram -) Burkholderia (Ggram -) Campylobacter (Gram -) Chlamydia (Gram -) Enterobacter (Gram -) Escherichia (Gram -) Fusobacterium (Gram -) Helicobacter (Gram -) Hemophilus (Gram -) Klebsiella (Gram -) Legionella (Gram -) Leptospiria (Gram -) Neisseria (Gram -) Nitrobacter (Gram -) Proteus (Gram -) Pseudomonas (Gram -) Rickettsia (Gram -) Salmonella (Gram -) Serratia (Gram -) Shigella (Gram -) Thiobacter (Gram -) Treponema (Gram -) Vibrio (Gram -) Yersinia (Gram -)
B. PENYEBAB INFEKSI BAKTERI
Bakteri dapat hidup di berbagai macam iklim, lokasi, mudah ditemukan di baik di udara, air, dan tanah. Namun, tidak semua bakteri menyebabkan infeksi atau bersifat patogenik. Hanya bakteri patogenlah yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.Bakteri patogen akan menimbulkan infeksi bakteri ,bila bakteri tersebut berhasil masuk ke dalam tubuh dan mulai berkembang biak. Oleh karena, penting mengetahui beberapa jalur masuk bakteri patogenik ke tubuh manusia, yang menjadi penyebab infeksi bakteri. Berikut ini beberapa jalan masuk bakteri patogen yang dapat menimbulkan infeksi bakteri :
- Penularan melalui udara terjadi ketika bakteri dihirup, dibatukkan, dan keluar melalui bersin dari orang yang sakit, ke orang yang sehat. Hal ini bisa terjadi pada infeksi akibat bakteri Streptococcus pneumoniae penyebab pneumonia, dan Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC.
- Penularan fekal-oral (paparan bakteri dari tinja ke mulut) pada infeksi bakteri penyebab diare Salmonella, Escherichia coli, Vibrio cholera, dan Shigella dysentriae
- Penularan melalui vektor atau perantara seperti pinjal seperti pada infeksi bakteri Rickettsia dan Borrelia
- Penularan melalui luka pada kulit dan paparan bakteri di lingkungan sekitar, seperti pada infeksi bakteri Leptospira spp. penyebab leptospirosis dan Clostridium tetani penyebab tetanus
- Penularan melalui hubungan seksual seperti pada infeksi bakteri penyebab gonore, klamidia, dan sifilis
- Penularan melalui transfusi darah, seperti pada infeksi bakteri penyebab sifilis dan brucellosis
- Penularan dari ibu ke anak seperti pada infeksi bakteri penyebab sifilis
C. TANDA DAN GEJALA INFEKSI BAKTERI
Gejala dari infeksi bakteri bergantung dari lokasi infeksi dan jenis bakteri yang menginfeksi. Berikut ini beberapa gejala umumnya dapat terjadi pada infeksi bakteri, berdasarkan lokasi dan penyebabnya : Infeksi bakteri pada kulit, Infeksi bakteri akibat makanan, Infeksi bakteri akibat penyakit menular seksual, dan Infeksi bakteri lain.
C.1. INFEKSI BAKTERI PADA KULIT
Infeksi bakteri pada kulit yang umumnya disebabkan oleh bakteri Gram positif Staphylococcus dan Streptococcus. Infeksi bakteri di kulit dapat menimbulkan gejala berupa:
- Selulitis atau peradangan pada jaringan kulit: Nyeri, kulit menjadi kemerahan, dan kulit terasa hangat ketika diraba
- Folikulitis: Infeksi pada folikel rambut yang dapat menyebabkan kulit menjadi kemerahan dan bengkak seperti jerawat.
- Impetigo: Infeksi kulit yang menyebabkan kulit nampak berkerak berwarna kuning, atau kulit dapat terlihat seperti lepuhan.
C.2. INFEKSI BAKTERI AKIBAT MAKANAN
Infeksi bakteri akibat makanan (foodborne infection), umumnya menimbulkan gejala berupa mual, muntah, diare, demam, menggigil, dan nyeri perut. Namun, ada beberapa gejala khusus pada infeksi bakteri yang menyebabkan foodborne infection, seperti:
- Campylobacter jejuni, yang umumnya memicu diare disertai kram perut dan demam
- Clostridium botulinum, penyebab infeksi yang mengancam jiwa karena produksi neurotoksin yang dihasilkan.
- Escherichia coli O157:H7, yang menyebabkan diare (umumnya disertai darah), mual, muntah, demam, dan kram perut
- Listeria monocytogenes, yang menyebabkan demam, nyeri otot, dan diare
- Salmonella, yang menyebabkan demam tifoid, diare, dan kram perut yang berlangsung selama 4-7 hari.
- Vibrio, yang menyebabkan kolera (diare dengan warna dan bau khas), serta infeksi kulit, apabila terjadi kontak dengan kulit yang luka
C.3. INFEKSI BAKTERI AKIBAT PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
Infeksi bakteri akibat penyakit menular seksual (PMS) yang dapat disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhea, Treponema pallidium, dan bakteri penyebab vaginosis bakterial. Tidak ada gejala tertentu pada tiap bakteri penyebab PMS.
C.4. INFEKSI BAKTERI LAIN
Infeksi bakteri lainnya seperti meningitis bakterial, otitis media, infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan, dan beberapa lokasi lain
D. DIAGNOSA INFEKSI BAKTERI
Gejala klinis infeksi bakteri ditentukan oleh jenis bakteri yang menginfeksi dan lokasi terjadinya infeksi bakteri. Oleh karena itu, untuk menegakkan diagnosis infeksi bakteri, dokter akan melakukan penggalian riwayat medis dengan wawancara, melakukan pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang, bergantung dari hasil wawancara dan pemeriksaan fisik. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis ada tidaknya infeksi bakteri antara lain :
- Pemeriksaan pewarnaan seperti pewarnaan Gram atau Bakteri Tahan Asam (BTA)
- Pemeriksaan kultur bakteri pada sampel klinis seperti darah, cairan serebrospinal, dan urine
- Pemeriksaan serologi untuk mencari antigen bakteri atau antibodi yang terbentuk akibat infeksi bakteri tertentu
- Pemeriksaan pencitraan, yang membantu diagnosis infeksi bakteri di daerah sistem pernapasan, otak, dan tulang
- Pemeriksaan serum procalcitoninuntuk mencari adanya infeksi bakteri
E. PENGOBATAN INFEKSI BAKTERI
Antibiotik adalah golongan obat berguna melawan infeksi bakteri. Antibiotik bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan sel bakteri dan membunuh bakteri secara langsung. Jenis antibiotik yang diberikan bergantung dari jenis bakteri yang menginfeksi. Durasi penggunaan antibiotik berbeda antar infeksi bakteri satu dengan yang lain. Oleh karena itu, jangan mengonsumsi antibiotik tanpa anjuran dan resep dari dokter. Jika Anda mendapat antibiotik dari dokter, minumlah sesuai dengan anjuran untuk mencegah perburukan kondisi atau resistensi bakteri terhadap antibiotika.
F. PENCEGAHAN INFEKSI BAKTERI
Beberapa tindakan di bawah ini dapat membantu mencegah timbulnya infeksi bakteri, seperti :
- Menjaga kebersihan dan mencegah penularan bakteri dengan selalu mencuci tangan sebelum makan, setelah menggunakan kamar mandi, atau setelah menyentuh benda-benda di tempat umum; mengurangi intensitas menyentuh mata, hidung, dan mulut bila tangan sedang kotor; dan menutup mulut dan hidung pada saat bersin atau batuk. Tindakan ini efektif untuk mencegah infeksi bakteri dengan penularan melalui kontak langsung dari udara, fekal-oral, dan lingkungan.
- Menghindari perilaku seks bebas dan selalu menggunakan kondom untuk mencegah infeksi bakteri terkait PMS (Penyakit Menular Seksual)
- Menggunakan spray antiserangga untuk menghindari infeksi bakteri yang ditularkan oleh vektor atau perantara
- Menjalani pemeriksaan atau skrining terhadap beberapa bakteri, sebelum kehamilan dan sebelum melakukan transfusi darah
- Mendapatkan imunisasi, untuk mencegah beberapa penyakit yang disebabkan bakteri seperti pneumonia, meningitis, difteri, tetanus, dan pertussis
G. KAPAN BERKONSULTASI DENGAN DOKTER KETIKA MENDAPATI TANDA DAN GEJALA INFEKSI BAKTERI
Berkonsultasilah dengan dokter bila :
- Mengalami gejala infeksi bakteri yang telah disebutkan di atas.
- Ingin memastikan gejala klinis yang Anda alami adalah infeksi bakteri dan bukan penyakit lainnya
- Ada orang di sekitar Anda yang memiliki gejala infeksi bakteri, dan Anda ingin tahu cara mencegah penularan infeksi bakteri
- Ingin mengetahui obat-obatan atau tindakan yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi infeksi bakteri
H. PERSIAPAN SEBELUM BERKONSULTASI DENGAN DOKTER
Sebelum pemeriksaan, siapkan catatan yang berisi informasi tentang :
- Gejala yang dirasakan
- Waktu kemunculan gejala infeksi bakteri
- Orang-orang di sekitar Anda dengan gejala serupa
- Semua obat, suplemen, obat herbal, atau vitamin yang Anda konsumsi
- Pertanyaan-pertanyaan yang ingin Anda ajukan pada dokter, termasuk kemungkinan penyakit selain infeksi bakteri dengan gejala serupa
Mintalah keluarga atau teman untuk mendampingi Anda berkonsultasi dengan dokter. Mereka bisa memberikan dukungan moral maupun membantu Anda dalam mengingat informasi yang disampaikan oleh dokter.
I. APA YANG DILAKUKAN DOKTER PADA SAAT KONSULTASI
Dokter akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Sebaiknya Anda memberikan jawaban jelas, agar dokter bisa mendiagnosis dengan baik.
- Apa saja gejala yang Anda rasakan?
- Kapan gejala tersebut timbul?
- Apakah terjadi pembesaran kelenjar di daerah leher?
- Apakah Anda bertukar alat makan dengan orang yang memiliki gejala serupa?
- Apakah Anda telah mendapatkan imunisasi lengkap?
- Apakah ada orang di sekitar Anda yang memiliki gejala serupa akhir-akhir ini?
- Apakah Anda sudah mencari pertolongan medis sebelumnya dan apa saja pengobatan yang sudah dicoba?
Setelah itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis infeksi bakteri.
J. ANTI BAKTERI